Museum Kata Andrea Hirata dan Pendidikan
Musium selalu identik dengan pertunjukan benda-benda bersejarah.
Sekali-kali perlulah kita bertandang ke museum yang sedikit berbeda, untuk
menambah wawasan, Musium Kata Andrea Hirata agaknya bisa dijadikan pilihan. Hingga
saat ini, Museum Kata Andrea Hirata merupakan satu-satunya museum kata di
Indonesia. Konsep museum kata memang masih asing di Indonesia. Sementara di
Amerika sudah ada lebih dari 100 museum kata. Pada 2010 Andrea mendapatkan
beasiswa untuk belajar sastra di University of Iowa selama tujuh bulan. Di sana
ia sempat mengunjungi museum kata di Hannibal Missouri. Dari situlah ia
terinspirasi untuk membangun museum kata
“Fiction is The Power” Kalimat idealis itu menjadi
sambutan hangat kepada para pengunjung yang museum kata. Bangunan museum ini
dicat warna-warni, seolah mengingatkan kembali pada buku Laskar Pelangi.
Museum ini menyimpan lebih dari 200 literatur
dari berbagai genre, seperti literatur anak, literatur seni, literatur
arsitektur, literatur musik, hingga literatur film. Meski banyak terdapat karya
penulis luarlokalitas tetap dihadirkan di museum ini. Hal itu tercermin pada salah
satu ruangan di museum yang menyajikan informasi geografis Belitung Timur. Selain
itu, di ruangan lain terdapat pula kumpulan kata-kata asli Belitung yang kini
berada di ambang kepunahan.
Museum ini merupakan janji Andrea kepada
publik. Ketika keuntungan penjualan buku Laskar Pelangi melambung tinggi,
Andrea pernah berjanji untuk mengalokasikan royalti guna membuat hal-hal
edukatif..
Karena itu, museum ini tidak memungut biaya,
meskipun biaya operasionalnya bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Sedangkan pembangunan
museum ini memakan biaya hampir mencapai Rp 1 miliar. Museum ini bergantung pada
pemasukan Andrea dari royalti penjualan novel-novelnya.
Andrea tidak membangun museum ini di kota
besar, tetapi di kampung halamannya sendiri. Tujuannya untuk memberdayakan
orang lokal di daerahnya. Untuk operasional museum sehari-hari Andrea
mempekerjakan 6 orang penduduk lokal.
Yang menarik, di bagian tengah museum seluas
100x60 meter, terdapat kedai kopi kecil bernama “Warkop Kopi Kuli”. Lagi-lagi warga
lokal juga lah yang menjalankan usaha ini. Selain itu, halaman belakang museum
juga disulap menjadi sekolah. Disana Ia aktif mengajar bahasa Inggris kepada
anak-anak kurang mampu Belitung Timur. Rata-rata siswanya adalah penambang
timah.
Bagaimana? Unik, menarik, dan memberikan energy
positif bukan? Jangan lupa, masukkan museum kata ke list destinasi wisatamu.
Post a Comment